Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung – Kalimat merupakan dari kata atau frasa yang setidaknya memiliki dua unsur, yakni subjek (S) dan predikat (P). Ketika kita membaca suatu tulisan, kita pasti menemui berbagai jenis jenis kalimat (baca juga : kalimat aktif dan pasif), seperti kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Kalimat langsung didefinisikan sebagai kalimat hasil kutipan dari seseorang persis seperti yang dia katakan.
Sedangkan kalimat tak langsung merupakan kalimat yang megutarakan kembali isi perkataan seseorang tanpa mengulangi perkataan yang diucapkannya sebelumnya. Kalimat langsung dan kalimat tidak langsung tentu memiliki ciri-ciri hingga kaidah penulisannya masing-masing. Untuk itu, berikut ulasan tentang kalimat langsung dan kalimat tidak langsung yang lebih mendalam dilengkapi dengan cara merubah kalimat langsung menjadi tidak langsung dan sebaliknya.
Kalimat Langsung
Seperti yang telah disampaikan di awal artikel, kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Contoh:
- “Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar
- Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”
- “Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita, “tidak mungkin kamu bisa sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita pasti ikut hangus bersama desa kita.”
Ciri-ciri dan Tata Cara Penulisan Kalimat Langsung
Untuk membedakannya dari kalimat yang lain, berikut ini adalah ciri-ciri dan tata cara penulisan kalimat langsung,
- Penulisan kalimat petikan diapit oleh tanda baca petik dua (“ … “) bukan tanda petik satu. Contoh :
- Benar : “Aku ingin sekolah!” Arya berteriak di tengah lapangan.
- Salah : ‘Aku ingin sekolah!’ Arya berteriak di tengah lapangan.
- Huruf pertama pada kalimat yang dipetik ditulis menggunakan huruf kapital. Contoh:
- Benar : Pak Pono berujar, “Jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau dijadikan budak nafsu”
- Salah : Pak Pono berujar, “jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau dijadikan budak nafsu”
Namun bila dalam satu kalimat terdapat dua atau lebih kalimat petikan, huruf pertama yang ditulis kapital cukup pada kalimat petikan pertama saja. Untuk kalimat petikan kedua, huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata pertamanya merupakan kata Nama atau sapaan. Contoh :
- “Ayo cepat!” teriak Akhsan, “nanti keretanya keburu lewat.” (benar)
- “Ayo cepat!” teriak Akhsan, “Nanti keretanya keburu lewat.” (salah)
- “Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “Pak Joko sudah ketemu!” (benar)
- “Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “pak Joko sudah ketemu!” (salah)
- Untuk memisahkan kalimat petikan dan kalimat pengiring menggunakan tanda baca (baca juga: penggunaan tanda baca) koma (,) di antara kalimat pengiring dan kalimat petikan dengan pola susunan sebagai berikut :
- “Kalimat kutipan”, kalimat pengiring, “kalimat kutipan”
- “Tadi saya lihat Neng Aisyah lari,” Pak Ujang berkata, “raut mukanya terlihat seperti habis menangis”
- “Kalimat kutipan,” kalimat pengiring
- “Serahkan saja tugas mengintai kepadaku! Aku tak akan menyecewakan kalian,” ucap Sersan Dixa sembari meninggalkan ruangan.
- Kalimat pengiring, “kalimat kutipan”
- Bung Karno pernah berujar, “Pangan adalah soal hidup dan mati suatu bangsa.”
Perlu diingat bila suatu kalimat kutipan yang ditulis sebelum kalimat pengiring merupakan kalimat pernyataan atau berita, maka sebelum tanda kutip terakhir, kalimat tersebut diakhiri dengan tanda baca koma (,) bukan tanda titik (.). Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat berita atau pernyataan di suatu kalimat kutipan yang ditulis setelah kalimat pengiring.
- Kalimat langsung yang berupa dialog yang berurutan, maka di bagian depan kalimat kutipannya diberikan tanda baca titik dua (:). Tanda ini untuk memisahkan antara pihak yang mengutarakan dengan kalimat kutipannya.
Kania : “Nampaknya tahun ini akan jadi tahun yang besar untuk bangsa ini.”
Arya : “Aku setuju denganmu, mengingat tahun ini merupakan peringatan kemerdekaan yang ke-100.”
Kania : “Aku mendapat bocoran jika tahun ini pemerintah sudah menyiapkan dana trilyunan untuk mempersiapkan perayaan.”
Arya : “Benarkah? Aku kira terlalu berlebihan anggaran sebanyak itu hanya digunakan untuk sekadar perayaan.
Kania : “Aku sependapat, alangkah lebih baiknya jika dana sebesar itu digunakan untuk investasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Arya : “Benar, kita semua tahu banyak anak bangsa berbakat yang harus keluar negeri karena merasa kemampuannya tidak terfasilitasi di negeri sendiri.”
- Kalimat langsung dibaca dengan penekanan pada intonasinya, terlebih pada bagian kalimat kutipan.
Kalimat langsung terdiri dari kalimat pengiring dan kalimat kutipan. Misal pada kalimat : Ayah berteriak, “Cepat pulang!”. Frasa “Cepat pulang!” dibaca dengan nada yang lebih tinggi. Hal ini agar frasa tersebut mendapat perhatian pendengar mengingat ketika pengucapkan kalimat langsung pokok utama yang ingin disampaikan terdapat pada kalimat kutipan.
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan kalimatnya.
Contoh:
- Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang dengan kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
- Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena suatu urusan. Namun, beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS halaman 75.
- Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa mendapat bully-an dari teman sekelasnya.
Ciri-ciri dan Tata Cara Penulisan
Seperti hal nya dengan kalimat langsung, kalimat tidak langsung juga memiliki ciri-ciri serta kaidah penulisannya sendiri yang membuat kalimat tidak langsung berbeda dengan kalimat lain. Ciri-ciri dan kaidah penulisannya dijelaskan sebagai berikut:
- Terdapat perubahan kata ganti orang pada bagian kalimat yang dikutip.
- Kata ganti orang pertama menjadi kata ganti kata orang ketiga.
Saya → Dia / Nama orang ketiga.
Aku → Dia / Nama orang ketiga.
Kami → Mereka/Nama orang ketika.
- Kata ganti orang kedua menjadi kata ganti orang pertama.
Kamu → Saya.
Kamu → Saya.
- Kata ganti orang kedua jamak ‘kita’ atau ‘kalian’ menjadi ‘kami’ atau ‘mereka, tergantung pada isi kalimat.
Kalian → Kami.
Kita → Kami
- Tidak perlu menggunakan tanda baca petik dua (“ … “).
- Berkata lugas menggunakan kata penghubung atau konjungsi seperti bahwa, sebab, supaya, agar, tentang dan lain sebagainya.
Jaksa itu menyatakan bahwa Jessica bertanggung jawab atas kematian Mirna karena membubuhkan racun ke dalam kopi Mirna.
Pak Rahmat menyuruh kita supaya mengerjakan soal yang dipapan tulis lalu dikumpulkan ke mejanya saat jam istirahat.
Andi diam sebab dia tidak mengerti apa yang sebenarnya kita bicarakan.
- Hanya berupa kalimat berita
Kalimat tidak langsung merupakan perkataan seseorang yang kita sampaikan ulang, sehingga kalimat yang dihasilkan hanya berupa kalimat berita meskipun pada kalimat tidak langsung terdapat kutipan yang asalnya berupa pertanyaan maupun perintah. Misal:
Benar :
Andre pernah melihat Clara mengatakan bahwa dia ingin pergi dari rumahnya.
Anita tadi menanyakan padaku tentang letak toilet di sekolah ini.
Salah :
Andre pernah melihat Clara mengatakan bahwa dia ingin pergi dari rumahnya!
Anita tadi menanyakan padaku tentang letak toilet di sekolah ini.
5. Kalimat tidak langsung dibaca dengan intonasi datar dan menurun pada bagian akhir kalimat
Karena kalimat yang dihasilkan merupakan kalimat berita, maka kalimat tidak langsung dibaca dengan intonasi membaca kalimat berita biasa. Hal ini dikarenakan pada kalimat berita semua bagian kalimatnya dianggap memiliki kesetaraan, tanpa ada beberapa frasa yang harus ditonjolkan atau mendapat perhatian pendengar.
Merubah Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung
1. Merubah Kalimat Langsung menjadi Kalimat Tidak Langsung
Hal pertama yang perlu diketahui ketika merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung adalah adanya peubahan kata ganti orang yang terdapat pada kalimat kutipan, seperti berikut
- Kata ganti orang pertama menjadi kata ganti kata orang ketiga.
Saya → Dia / Nama orang ketiga.
Contoh :
Andi berkata, “Saya menyukai klub sepak bola Manchester United yang berasal dari Inggris.”
menjadi
Andi mengaku jika klub sepak bola yang dia sukai adalah Manchester United dari Inggris.
Aku → Dia / Nama orang ketiga.
Contoh :
“Aku ingin menjadi astronot!” Dika bercerita untuk di depan kelas.
menjadi
Di depan kelas, Dika mengaku ingin menjadi astronot.
Kami → Mereka/Nama orang ketika.
Contoh :
“Kami ingin keadilan!” terdengar teriakan para demonstran, ”usut Ahok sesuai hukum yang berlaku!”
menjadi
Para demontran berteriak menuntut keadilan, mereka ingin Ahok diusut sesuai dengan hukum yang berlaku
- Kata ganti orang kedua menjadi kata ganti orang pertama.
Kamu → Saya.
Contoh :
“Aku ingin menikahimu,” kata Sofyan sembari berlutut di depanku.
menjadi
Sofyan mengatakan jika dia ingin menikahi saya.
Kamu → Aku.
Contoh :
Nadia memelukku dan berujar “Kamu benar-benar beruntung bisa mendapatkan orang seperti Sofyan sebagai seorang suami”
menjadi
Nadia mengatakan bahwa aku sangat beruntung memiliki seorang suami seperti Sofyan.
- Kata ganti orang kedua jamak ‘kita’ atau ‘kalian’ menjadi ‘kami’ atau ‘mereka, tergantung pada isi kalimat.
Kalian → Kami.
Contoh :
“Selamat atas kelulusan kalian,” ucap Pradipto tulus.
menjadi
Pradipto memberikan ucapan selamat kepada kami.
Kita → Kami
Contoh :
Musa datang merangkul pundakku, “Tenang saja, kita pasti bisa melakukannya.”
menjadi
Musa lah yang meyakinkanku jika kami pasti bisa melakukannya.
Namun, bila susah dalam menghafal perubahan kata ganti orang, kita dapat mengakalinya dengan cara lain, yakni mencoba memposisikan diri kita sebagai orang yang diajak bicara,. Setelah itu sampaikan informasi yang diterima, kita sampaikan ke orang ketiga.
Contoh :
“Bisakah kamu membantu saya mengerjakan tugas bagian ini?” kata Andi.
- Bayangkan jika kita menjadi orang yang diajak bicara oleh Andi.
- Setelah itu bayangkan ada orang lain bertanya, “Andi tadi bicara apa?”
- Kemudian coba bayangkan jawabannya, misal ‘Andi meminta tolong kepada saya untuk membantu dia mengerjakan tugas.’
- Jawaban tersebut itulah yang menjadi kalimat tidak langsungnya.
Dalam sehari-hari contoh nyata merubah kalimat langsung menjadi tidak langsung yang sering kita temui adalah merubah data hasil wawancara menjadi narasi berita ataupun paragraf (baca juga : jenis jenis paragraf) deskriptif. Coba kita perhatikan contoh data hasil wawancara berikut,
Wartawan : “Sebelumnnya saya ucapkan selamat atas terpilihnya Kota Bogor menjadi The Most Loveable City. Lalu, bagaimana tanggapan Bapak atas prestasi membanggakan Kota Bogor ini?”
Walikota : “Terima kasih atas ucapannya, tentu prestasi ini tidak akan diraih tanpa adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat Kota Bogor. Lalu, prestasi ini juga membuktikan jika warga Bogor bangga dengan kotanya ini dan tentu menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik untuk kota ini”
Wartawan : “Apa langkah yang diambil pemerintah Kota Bogor setelah adanya prestasi ini?”
Walikota : “Tentu dengan prestasi ini, pemerintah Kota Bogor harus terus bebenah diri, terutama dalam hal infrastuktur serta mengurai kemacetan. Kita sadar jika momen ini merupakan salah satu momen penting mengingat dengan dinobatkannya Bogor sebagai The Most Lovable City tentu akan menambah atensi dunia ke Kota Bogor. Sehingga diharapkan wisatawan yang datang ke Bogor akan bertambah. Sehingga pembenahan infrastuktur dan penguraian masalah kemacetan ini menjadi fokus pemerintah untuk menciptakan kenyamanan baik untuk warga Bogor sendiri maupun wisatawan yang berdatangan nantinya.”
Wartawan : “Baiklah Bapak. Terakhir, kira-kira apa yang ingin Bapak sampaikan kepada masyarakat Kota Bogor terkait dengan prestasi yang bari baru saja diraih oleh Kota Bogor ini, Bapak?”
Walikota : “Untuk seluruh masyarakat Kota Bogor, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas partisipasi serta dukungan yang telah diberikan sehingga Kota Bogor dinobatkan sebagai The Most Lovable City in The World. Semoga dengan prestasi ini mampu memacu rasa cinta kita pada Kota Bogor dan semakin semangat untuk membawa perubahan pada Kota Bogor ke arah yang lebih baik.”
Untuk merubah teks wawancara menjadi narasi selain memperhatikan perubahan kata ganti, kita juga dituntut menemukan setiap inti dari ucapan narasumber sehingga narasi yang kita buat nanti tidak berele-tele dan tidak mengutip seluruh pernyataan dari hasil wawancara. Sebagai contoh bila teks wawancara tersebut diubah menjadi sebuah narasi, akan menjadi seperti berikut ini,
Kota Bogor baru saja dinobatkan menjadi The Most Lovable City in The World. Kota Bogor berhasil mendapatkan penghargaan ini setelah mengungguli berbagai kota dari seluruh dunia dalam voting online yang diselenggarakan. Walikota Bogor, Bima Arya, menyamapaikan ucapan terima kasih dan apresiasi terhadap seluruh partisipasi dan dukungan yang diberikan masyarakat Kota Bogor. Beliau pun menyatakan jika fokus utama pemerintah Kota Bogor saat ini adalah untuk memperbaiki infrastruktur dan mengurai masalah kemacetan. Beliau menyadari dengan dinobatkannya Kota Bogor sebagai The Most Lovable City tentu akan menarik atensi dunia ke Kota Bogor sehingga wisatawan yang datang berkunjung akan bertambah. Terakhir, Beliau berharap dengan prestasi yang telah diraih saat ini, dapat merubah Kota Bogor kea rah yang lebih baik lagi ke depannya.
2. Merubah Kalimat Tidak Langsung menjadi Kalimat Langsung
Untuk merubah kalimat tidak langsung menjadi kalimat langsung, kita dapat menerapkan cara berikut,
Contoh :
Hilman mengatakan jika ia akan datang ke rumahku nanti sore.
Untuk merubahnya menjadi kalimat langsung yang harus kita lakukan,
- Menerka kira-kira apa yang Hilman bicarakan saat itu. Perlu diingat tentang kata ganti orang seperti pada saat merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, hanya saja kebalikannya. Misal dari perkiraan kita didapat kalimat seperti ini, “Nanti sore aku ke rumahmu.”
- Merubah kalimat yang kita perkirakan tadi menjadi kalimat tak langsung lagi untuk mengecek ulang.
“Nanti sore aku ke rumahmu” → Dia nanti sore ke rumahku.
- Setelah mengecek ulang kalimat yang kita perkirakan, lalu tambahkan kalimat pengiring sebelum atau sesudah kalimat kutipan hingga menjadi seperti berikut,
Kata Hilman, “Nanti sore aku ke rumahmu.”
Contoh lain merubah kalimat tidak langsung menjadi kalimat langsung:
- Shera mengatakan padaku bahwa iya tidak jadi pergi ke pesta Dina. → “Aku tidak jadi pergi ke pesta Dina,” ujar Shera.
- Diana berkata jika ia menyukai permainan sepak bola. → Diana mengaku, “Aku memang menyukai permainan sepak bola.”
- Andika menyatakan kabar Vanessa padaku tadi pagi. → “Apa kau tahu bagaimana kabar Vanessa?”, Andika bertanya padaku.
- Carla bercerita bahwa Ibunya Nessa ingin menemui anaknya di rumah sakit. → “Ibu ingin menemui Nessa di rumah sakit”, ujar Ibunya Nessa pada Carla
- Aku mengingatkan Arya agar ia tidak lupa mengambil speaker di rumahku. → “Ya, jangan lupa ambil speaker di rumahku.”, kataku pada Arya.
Pembahasan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung berserta contohnya dan cara merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung dan sebaliknya lengkap di suguhkan bersama contohnya ini dapat menginspirasi pembaca, sehingga penerapannya dalam kalimat dapat di gunakan dengan baik dan benar.