X

Sistematika Karya Ilmiah

Semasa sekolah atau kuliah, kita dituntut untuk dapat membuat karya ilmiah sederhana karena merupakan  bentuk keterampilan menulis  yang harus dimiliki oleh siswa atau mahasiswa. Agar dapat  menulis karya ilmiah dengan baik maka harus memahami syarat-syarat penulisan karya ilmiah terkait dengan langkah-langkah membuat laporan, tata cara penulisan, serta persyarakat fisik. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya sistematika karya ilmiah, terlebih dahulu disampaikan pengertian karya ilmiah dan sistematika karya ilmiah.

Pengertian

Karya ilmiah atau penulisan ilmiah menurut Munawar Syamsudin dalam Rosmiati (2017) merupakan sebuah naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar konsepsi ilmiah tertentu, dengan memilih metode tertentu dari presentasi secara keseluruhan, pada teratur dan konsisten. Sementara itu, menurut Brotowidjoyo dalam Arifin (2008) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Pengertian karya ilmiah lainnya dikemukakan oleh Wardani (tanpa tahun) yang menyatakan bahwa karya ilmiah adalah suatu karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat ilmiah. Yang dimaksud dengan sistematis adalah karya ilmiah ditulis dengan merujuk pada aturan tertentu sehingga kaitan setiap bagian terlihat jelas dan padu. Ilmiah berarti karya tersebut menyajikan suatu deskripsi yang didasarkan atas bukti-bukti empiris sehingga para pembaca dapat melacak atau bahkan menguji kembali landasan teoritis yang mendukung gagasan tersebut.

Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa suatu karya disebut karya ilmiah apabila memiliki beberapa karakteristik khusus sebagai berikut (Wardani, tanpa tahun : 8).

  • Karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu, atau pemecahan suatu masalah.
  • Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada fakta atau data (kajian empiris) atau pada teori-teori yang telah diakui kebenarannya.
  • Mengandung kebenaran yang objektif serta kejujuran dalam penulisan.
  • Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan banyak menggunakan istilah teknis, di samping istilah-istilah yang bersifat denotatif.
  • Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.

Ciri atau karakteristik karya ilmiah di atas sejatinya juga menunjukkan kaidah ilmiah yang berlaku umum. Adapun kaidah yang dimaksud adalah logis, obyektif, sistematis, andal, desain, dan akumulatif. Lebih lanjut Wardani menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan tujuan tertentu di antaranya adalah menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan atau hasil penelitian. Karena itu, karya ilmiah kerap dipublikasikan dalam berbagai bentuk seperti bentuk buku ilmiah, bunga rampai, majalah ilmiah/jurnal, dan prosiding.

Karya ilmiah yang dipublikasikan dalam bentuk buku ilmiah harus disusun secara sistematis yang terdiri atas beberapa bagian. Menurut Ana Rosmiati dalam bukunya Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah (2017), sistematika penulisan karya ilmiah adalah bagian pembuka, pendahuluan, pembahasan, metodologi penelitian, hasil penelitian, penutup, dan bagian penunjang.

1. Bagian pembuka

Yang dimaksud dengan bagian pembuka karya ilmiah adalah bagian yang kita lihat dan baca ketika membaca karya ilmiah. Bagian pembuka karya ilmiah umumnya terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut.

  1. Sampul
  2. Halaman judul
  3. Halaman pengesahan
  4. Kata pengantar
  5. Daftar isi
  6. Abstrak

2. Pendahuluan

Setelah membuka dan membaca bagian pembuka, kita akan disajikan dengan bagian pendahuluan yang menguraikan perlunya dilakukan penelitian terhadap suatu masalah, perumusan masalah yang mempertanyakan suatu fenomena, pembatasan masalah, serta tujuan dilakukannya penelitian. Bagian pendahuluan umumnya terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut.

  1. Latar belakang masalah
  2. Perumusan masalah
  3. Pembahasan/pembatasan masalah
  4. Tujuan penelitian

3. Pembahasan

Pembahasan karya ilmiah umumnya berisi uraian dan penjelasan mengenai teori yang menjadi landasan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran yang disertai dengan berbagai argumentasi keilmuan serta hipotesis. Dengan demikian, pembahasan dalam karya ilmiah berisi hal-hal berikut.

  1. Pembahasan teori
  2. Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
  3. Pengajuan hipotesis

4. Metodologi penelitian

Metodologi penelitian mencakup uraian dan penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian.

5. Hasil penelitian

Hasil penelitian umumnya berisi uraian dan penjelasan tentang hasil dari proses penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti tabulasi data, analisis dan evaluasi terhadap data yang disajikan, pembahasan hasil analisis dengan menerapkan metode perbandingan, persamaan, grafik, gambar dan tabel.

6. Penutup

Bagian penutup suatu karya tulis berisi simpulan dan saran. Yang dimaksud dengan simpulan adalah proposisi atau kalimat yang disampaikan, yang disarikan dari beberapa premis atau ide pemikiran dengan mengacu pada aturan-aturan yang berlaku. Sementara itu, saran merupakan sebuah solusi yang dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Saran yang dikemukakan hendaknya bersifat membangun, mendidik, obyektif, dan sesuai dengan topik yang dibahas.

7. Bagian penunjang

Suatu karya ilmiah selalu menyertakan bagan penunjang yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut

  1. Daftar pustaka
  2. Lampiran-lampiran
  3. Daftar tabel

Unsur-unsur tersebut hendaknya ditulis dan disusun berdasarkan aturan baku dengan mengacu pada standar internasional atau disesuaikan dengan gaya selingkung dari majalah ilmiah atau jurnal terakit.

Contoh

Berikut adalah contoh karya ilmiah yang dikutip dari buku Bahasa Indonesia 3 : Untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XII/Mokhamad Irman dkk, Jakarta, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Laporan Penelitian
Magang sebagai Jembatan Mobilitas Sosial dari Petani menjadi Perajin

I. Pendahuluan

Perajin sering dipandang memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada petani. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa seorang perajin biasanya bekerja di dalam rumah, terlindung dari terik sinar matahari sehingga suasananya tampak nyaman. Sebaliknya, petani harus bekerja di sawah, di bawah sengatan sinar matahari dan kadang harus bergumul dengan kotoran-kotoran yang berbau tidak sedap. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sebagian masyarakat pedesaan masih menganggap bahwa pekerjaan perajin lebih berprestise daripada petani meskipun hanya menjadi perajin industri kecil dengan skala usaha yang masih terbatas.

Lapangan pekerjaan di sektor industri kecil yang makin terbuka menyebabkan terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi perajin. Meskipun sebenarnya mereka belum memiliki keahlian yang memadai terlebih lagi tingkat pendidikan mereka sebagian besar (73%) masih berpendidikan SD ke bawah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh masih rendah.

Berkaitan dengan hal di atas, perlu diadakan penelitian yang saksama mengenai mobilitas sosial dan petani menjadi perajin. Dalam laporan ini, objek penelitiannya adalah masyarakat pedesaan di sekitar Surakarta, Jawa Tengah.

II. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

  1. Menelaah penyebab terjadinya mobilitas sosial dari petani perajin
  2. Memberikan penyadaran pada masyarakat tampak industrialisasi

III. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey secara kualitatif dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber. Digunakannya metodologi kualitatif agar hasil yang dicapai benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut.

  1. Menentukan objek penelitian
  2. Melakukan wawancara dengan narasumber
  3. Mengklasifikasi masalah
  4. Merumuskan masalah
  5. Memberikan solusi/simpulan

IV. Hasil Penelitian

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mobilitas sosial dari petani menjadi perajin melalui proses magang sebagai berikut.

  1. Pengaruh media massa

Media massa baik berupa media elektronik maupun cetak telah membawa pengaruh yang besar terhadap pola pikir masyarakat pedesaan. Selama ini, media massa selalu mengangkat kesuksesan-kesuksesan seorang perajin. Dengan demikian, lambat laun opini publik tersebut akhirnya mendorong keinginan petani untuk menjadi perajin.

  1. Dukungan sosial keluarga dan masyarakat

Keluarga, kerabat dekat, dan komunitas yang melatari kehidupan petani sering memberikan saran dan harapan yang besar untuk menjadi perajin. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses berkat usaha menjadi seorang perajin industri kecil meskipun mereka masih berstatus magang atau buruh kontrak.

  1. Sistem perekonomian Indonesia yang lebih mengutamakan sektor industri daripada pertanian.

Perekonomian negara kita yang terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri.

  1. Tingkat pendidikan yang rendah

Rendahnya tingkat pendidikan mereka dan keahlian yang belum memadai membuat mereka tidak memiliki sistem kontrol diri yang kuat. Konsep diri yang lemah ini menyebabkan mereka mudah terbawa arus zaman.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan para petani melakukan mobilitas sosial menjadi perajin. Jika tidak ada suatu program penyadaran baik ari pemerintah maupun masyarakat setempat, dapat dipastikan hasil produksi pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari luar negeri.

Akhirnya, diharapkan penelitian ini mampu memberikan penyadaran pada masyarakat dan dapat menjadi masukan untuk pihak-pihak yang berwenang memberikan kebijakan. Pihak-pihak tersebut misalnya para dewan legislatif dan eksekutif supaya memberikan arahan dan rencana pembangunan yang lebih berpihak pada sektor pertanian, terutama masyarakat miskin pedesaan.

Demikianlah ulasan singkat tentang sistematika karya ilmiah. Artikel lain yang dapat dibaca antara lain jenis-jenis karangan ilmiah, karangan ilmiah, karangan semi ilmiah, dan karangan non ilmiah, contoh kata pengantar, contoh kata pengantar skripsi, contoh latar belakang skripsi, contoh abstrak skirpsi dalam bahasa Indonesia, contoh abstrak tesis, contoh kutipan langsung dan tidak langsung, cara menulis kutipan yang benar, cara menulis kutipan langsung dan tidak langsung, cara menulis kutipan dari internet, contoh penulisan catatan kaki dan daftar pustaka, tata cara penulisan catatan kaki, cara penulisan daftar pustaka, dan tata cara penulisan gelar. Semoga bermanfaat, Terima kasih.

Categories: Pelajaran Umum
Ambar: