X

Cara Membuat Puisi yang Benar beserta Contohnya

Pada kesempatan yang lalu, kita telah mengulas secara singkat tentang unsur-unsur puisi, unsur-unsur pembentuk puisi dan strukturnya , serta unsur-unsur pembangun puisi. Kali ini kita akan mengulas tentang cara membuat puisi yang benar beserta contohnya. Namun sebelumnya, kita segarkan kembali ingatan kita tentang puisi.

Pengertian

Puisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Arti puisi lainnya merujuk pada sajak atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Puisi dibuat dengan tujuan tertentu, seperti mengunkapkan pikiran dan perasaan si pengarang dengan merangkai kata-kata yang indah.

Sebagaimana halnya jenis-jenis prosa dalam kesusastraan Indonesia, puisi terdiri atas unsur-unsur pembentuk atau pembangun seperti unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi atau disebut juga dengan struktur batin puisi meliputi tema, nada atau suasana, perasaan penyair, serta amanat. Sedangkan, unsur ekstrinsik puisi atau struktur fisik meliputi diksi atau pemilihan kata, pengimajinasian, kata konkret, majas, rima, dan tipografi. Unsur-unsur inilah yang harus diperhatikan ketika membuat puisi.

Bagaimana cara membuat puisi?

Membuat puisi sejatinya tidak sulit karena puisi merupakan salah satu bentuk ekspresi pengarangnya. Pengarang bebas mengeluarkan apa yang dipikirkan serta dirasakannya dan menuangkannya dalam bentuk puisi. Hanya saja, agar puisi yang dibuat itu menarik dan menimbulkan kesan tertentu bagi siapapun yang membaca atau mendengarnya maka seorang pengarang harus mampu merangkai kata-kata dengan baik serta menggunakan imajinasi sekreatif mungkin.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa puisi merupakan sebuah karya yang lahir dari kreativitas pengarangnya. Sebagai sebuah proses kreatif, membuat puisi harus melalui berbagai tahapan. Ekoati (2010) dalam Citraningrum (2016) menyatakan bahwa tahap-tahap pembuatan puisi meliputi tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi, dan tahap verifikasi. Tahap persiapan adalah tahap dimana pengarang mencari ide sebagai sumber tulisan. Setelah ide didapat, ide tersebut kemudian diendapkan untuk dilakukan perenungan dan penyusunan lebih lanjut. Tahap inilah yang disebut dengan tahap inkubasi. Tahap selanjutnya yaitu tahap iluminasi adalah tahap dimana pengarang mengejewantahkan semua ide tersebut ke dalam bentuk tulisan. Dan  terakhir, tahap verifikasi adalah tahap dimana pengarang melakukan penilaian terhadap puisi yang telah dibuatnya.

Dari ulasan singkat di atas, cara membuat puisi yang benar adalah sebagai berikut.

1. Mencari ide

Sebelum menulis puisi, pengarang harus memiliki ide terlebih dahulu. Ide-ide yang dapat dijadikan sebagai sumber pembuatan puisi sangatlah banyak. Misalnya, ide yang bersumber dari pengalaman pribadi atau orang lain. Selain pengalaman, ide juga dapat bersumber dari peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kesan tertentu, imajinasi pengarang sendiri, perasaan, lingkungan sekitar, hewan kesayangan, seseorang, dan lain sebagainya. Proses pencarian ide ini dapat dilakukan dengan cara perenungan secara mendalam terhadap berbagai macam kegiatan atau aktivitas seperti membaca, mengamati dan lain sebagainya.

2. Mengendapkan ide

Setelah ide didapat, langkah berikutnya adalah mengendapkan ide tersebut atau inkubasi untuk diproses lebih lanjut. Proses pengendapan ide ini dilakukan dengan cara mengolah berbagai informasi atau materi yang telah diperoleh dan menyusunnya ke dalam bentuk tulisan. Pada tahapan ini, pengarang sebaiknya memiliki serta menguasai berbagai macam kosa kata serta gaya bahasa. Hal ini dimaksudkan agar pengarang dapat dengan leluasa memilih kata-kata yang tepat dan gaya bahasa sesuai dengan tema puisi yang dibuat.

3. Menuangkan ide

Langkah berikutnya adalah menuangkan ide-ide yang telah diendapkan tersebut ke dalam bentuk tulisan atau iluminasi. Di sini, pengarang harus mampu merangkai kata-kata serta gaya bahasa yang telah dipilih  dan mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Pada tahapan ini, pengarang bebas menulis puisi sesuai dengan keinginan sendiri. Dalam arti tidak harus terpaku pada banyaknya bait atau banyaknya baris dalam bait. Karena, di era sekarang, penulisan puisi tidak lagi berpatok pada kaidah penulisan puisi lama yang meliputi irama, persamaan bunyi atau sajak, pengelompokkan baris, pemilihan kata-kata yang tepat, jumlah baris pada setiap bait serta banyaknya suku kata pada setiap baris. Kini puisi dapat ditulis dalam bentuk prosa, paragraf, atau bentu-bentuk lainnya.

4. Penilaian

Setelah puisi ditulis sesuai dengan keinginan pengarang, langkah berikutnya adalah pengarang melakukan pemeriksaan kembali terhadap tulisan yang telah dibuatnya. Hal ini sangat penting dilakukan jika dalam puisi ditemukan kata-kata yang kurang sesuai. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh teman atau mereka yang ahli dan bertujuan untuk mennetukan apakah puisi tersebut layak diterbitkan atau tidak.

Contoh

Di bawah ini adalah beberapa contoh penulisan puisi dalam berbagai bentuk seperti prosa atau paragraf, dan berupa bait dan baris.

1. Contoh 1

Berikut disajikan contoh penulisan puisi yang diterbitkan di Koran Tempo tanggal 11 Januari 2015 sebagaimana dikutip dari Puisi-puisi Koran Tempo karya Ardy Kresna Crenata.

Seekor Keledai Memasuki Kerajaan Surga
Karya : Mario F. Lawi

Harum surainya seperti lidah sungai yang melontarkan tombak ke jantung udara. Seorang perempuan membuntutinya. Ia baru saja melewati Sabat yang panjang, renta dan melelahkan. Bagian-bagian bawah tembok kota yang terbelah meninggalkan nganga sebesar lubang jarum. Ia mengingat kembali iota para Yunani sebelum berani bermimpi tentang kebangkitan, jalan ke surge, sumber air hidup, burung merpati dan nyala api. Perempuan itu menyentuhnya dengan tangan beraroma tepung gandum.

Apa yang kauminta daripadaku, Puan? Aroma mausoleum masih melekat pada beban terakhirku. Dari atas punggungku ia banyak berbicara tentang lubang jarum dan revolusi, tentang Romawi dan Yahudi, tentang kesedihan-kesedihan induk ayam dan air mata bapanya yang jatuh untuk kedua kalinya. Ke arahku ia menjura padahal semata cahaya yang menghampiriku.

Di tembok itu ia menoleh. Adegan dari masa lalu diputar kembali : Anak-anak melambaikan rumput segar ke puncak laparnya, ibu-ibu merendahkan buli-buli hingga ke tanah. Air menyembul dari bekas tapak kakinya. Jika ia menunduk, akankah ia lihat bayangnya terpantul? Seorang perempuan tak lagi berjalan, tak lagi menundukkan kepala. Ia melayang dan kakinya tak menyentuh genangan.

Telah kupikul kuk yang terpasang, kau malah senang menjerumuskan aku ke dalam umpama. Di punggungku tergeletak perkakas yang terbuat dari merah yang luas dan ungu yang dijatuhkan dari atas. Tujuh puluh tujuh lubang tak akan cukup menjerumuskan sebab mataku mahir memilah muslihat, mebedakan gerak gugup mempelai pemalu dari pecinta mahir di balik tabir.

Ia kibaskan surainya untuk para pembangkang yang semakin lama semakin kecil terlihat dari antara sepasang kaki depannya. Bersediakan kau menuliskan kisahku? Juga untuk perempuan yang tak henti mendoakannya. Kuseret kelak si penjatuh ke hadapanmu, Puan, agar leluasa kau menaklukannya.

Naimata, 2014

2. Contoh 2

Berikut disajikan contoh penulisan puisi yang diterbitkan di Koran Tempo tanggal 14 Desember 2014 sebagaimana dikutip dari Puisi-puisi Koran Tempo karya Ardy Kresna Crenata.

Racun Tikus
Karya : Felix K. Nesi

Boleh kau suatu hari
Bertandang ke petak terakhir
Dekat waduk bikinan lurah

Om Gabriel dan
Usi Ta’neo
Tentu menebar racun di situ

Buat kau pengerat padi
Dan jagoan hutan
Dan babi lupa pulang
Yang mengkhianati Tuannya

Ini obat pelemas
Dari ujung akar cendana
Pucuk pertama papaya
Kulit pohon lontar
Rumah lebah hutan
Dan jampi mantra kerajaan Insana

Agar tak lincah kau berlari
Agar tak kuat kau bernapas

“Hanya sebatang padi, Tuanku
Untuk lima biji mata
Dan istri yang mengandung”

Tapi anak kami banyak
Yang sulung mau jadi pastor
Yang bungsu belum jua merangkak

Tapi kau tak berbalas lagu
Pada orang dengan pentung
Maka larilah kau, Tuan
Sekencangnya larilah

(2014)

3. Contoh 3

Berikut disajikan contoh penulisan puisi yang diterbitkan di Harian Kompas tanggal 12 Desember 2012 sebagaimana dikutip dari laman Puisi Kompas.wordpress.com.

Hantu Kolam
Karya : Mashuri

: plung!

Di gigir kolam
Serupa serdadu lari dari perang
Tampangku mambayang rumpang

Mataku berenang
Bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
Koral di dasar yang separuh hitam
Dan gelap
Tak ada kecipak yang bangkitkan getar
Dada, manapak jejak luka yang sama
Di medan lama

Segalanya dingin, serupa musim yang dicerai
Matahari
Aku terkubur sendiri di bawah timbunan
Rembulan
Segalanya tertemali sunyi
Mungkin …

“plung!”

Aku pernah mendengar suara itu
Tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu
Yang jatuh
Karna kini kolam tak beriak
Aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

Banyuwangi, 2012-12-03

Demikianlah ulasan singkat tentang cara membuat puisi yang benar beserta contohnya. Artikel lain yang dapat dibaca antara lain perbedaan puisi dan sajak, jenis-jenis puisi, jenis jenis puisi lama, jenis jenis puisi baru, jenis jenis puisi kontemporer, jenis jenis sajak, macam-macam puisi baru berdasarkan isinya, macam-macam puisi baru berdasarkan bentuknya, contoh puisi singkat, contoh puisi lama mantra, contoh puisi beserta sinopsisnya, contoh puisi distikon, contoh puisi terzina, contoh puisi quatrain, contoh puisi soneta, contoh puisi romance, contoh puisi balada, dan contoh puisi elegi. Sekian dan terima kasih.

Categories: Puisi
Ambar: