Puisi merupakan gubahan yang terdiri atas larik, rima, irama, dan makna di dalamnya, puisi sendiri mempunyai beberapa jenis, di mana salah satunya adalah epigram. Puisi ini merupakan puisi yang berisi ajaran atau tuntunan hidup bagi semua orang. Epigram sendiri juga termasuk ke dalam macam-macam puisi berdasarkan isinya.
Agar pembaca lebih tahu seperti apa puisi epigram tersebut, berikut ditampilkan beberapa contoh puisi epigram dalam bahasa Indonesia.
Contoh 1:
Hak Oposisi¹
Karya: WS Rendra
Aku bilang tidak,
aku bilang ya,
menurut nuraniku.
Kamu tidak bisa mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adakah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebjikasanaanmu
pantas mendapat dukungan.
Tapi dukungan —
tidak bisa kamu paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan hati nurani kami.
Kamu memasang telinga
— selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kamu membutuhkan oposisi.
Oposisi adalah jendela bagi kamu.
Oposisi adalah jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami
Tanpa oposisi: akan kamu dapati gambaran palsu
tentang dirimu.
………………………………………..
Pelopor Jogja, 10 Oktober 1971
¹WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm 11.
Contoh 2:
Rakyat Adalah Sumber Ilmu²
Karya: WS Rendra
………………………………………..
Oleh karena itu rakyat adalah guru.
Adalah sumber ilmu.
Rakyat adalah gua
di mana Kresna dan Arjuna
bertapa.
Rakyat adalah samudera luas
di mana Sang Bima
bertemu dengan Dewa Rucinya.
Janganlah kita menunggu Ratu Adil.
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil adalah keadaan
di mana ada keseimbangan
antara roh dan badan.
Wahyu Cakraningrat tidak ada.
Wahyu Cakraningrat, Wahyu Pendeta Raja,
adalah impian deksura.
Syahdan
di dalam alam hanyalah ada
Satu Wahyu.
Ialah Sabda.
Dan sabda adalah citra diri Tuhan.
Di dalam masyarakat manusia,
Sabda memiliki sembilan bayangan.
Itulah yang disebut sebagai sembilan wahyu.
Wahyu ahli agama.
Wahyu ahli alam.
Wahyu ahli kesenian.
Dan lalu:
Wahyu ahli obat-obatan.
Wahyu ahli pendidikan.
Wahyu ahli pertanian dan peternakan.
Selanjutnya:
Wahu Raja.
Wahyu menteri dan panglima.
Dan akhirnya: wahyu hakim.
……………………………………
TIM, Jakarta, 12 Juli 1975
²Ibid, hlm 17-18.
Contoh 3:
Perjalanan Usia³
Karya: Candra Malik
Anak-anak tumbuh mendewasa,
akaknkah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?
anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.
Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
sampai batas itulah aku dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
sampai batas waktu yang ditentukan.
Tak baik jika mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.
Jika tumbuh dewasa ada ujungnya,
jangan sampai hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.
Omah Mangkat, 17 Maret 2016
³Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm 104.
Demikianlah beberapa contoh puisi epigram dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui beberapa contoh puisi lainnya, pembaca bisa membuka artikel contoh puisi 3 bait tentang Ibu, contoh puisi 3 bait tentang sahabat, contoh puisi singkat, contoh puisi lama seloka, contoh puisi lama syair, contoh puisi kontemporer mbeling, dan contoh puisi kontemporer supra kata. Untuk pembahasan kali ini dicukupkan saja sampai di sini. Semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima kasih.