X

25 Jenis-Jenis Makna Kata dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia

Jenis-Jenis Makna Kata dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia– Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi sudah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari harinya. Satuan dari bahasa antara lain terdiri atas kata, frasa, dan kalimat. Kata seringkali memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks apa kata itu digunakan serta kalimat apa yang mengikuti penggunaan kata tersebut.

Pengertian Makna Kata (Semantik)

Seperti yang kita ketahui, ‘kata’ merupakan satuan terkecil dalam bahasa yang memiliki arti atau makna. Istilah ‘kata’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Mansoer Pateda (2001) berpendapat jika istilah makna kata merupakan kata kata dan istilah yang membingungkan. Untuk mengkaji tentang makna kata, terdapat kajian khusus dalam linguistik, yakni kajian semantik. Kajian makna kata menurut penggolongan semantik merupakan cabang linguistik yang secara khusus meneliti dan mengkaji makna kata, asal usul kata tersebut, perkembangan penggunaan kata, serta penyebab terjadinya perubahan makna kata. Abdul Chaer (1994) dan J.W.M Verhaar (1996) mengemukakan pendapat serupa tentang pengertian semantik, yakni cabang studi linguistic (kebahasaan) yang membahas arti atau makna.

Jenis-Jenis Makna Kata

Penggunaan kata yang beragam dalam keseharian menimbulkan makna kata yang beragam pula dilihat dari sudut pandang yang berbeda beda. Jenis jenis makna kata yang secara umum banyak di kenal di masyarakat antara lain: makna konotasi, makna denotasi, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan sebagainya. Tidak ada penggolongan pasti tentang jenis jenis makna kata. Berbagai ahli di dunia telah mengemukakan pendapatnya mengenai penggolongan makna kata, beberapa di antaranya adalah Abdul Chaer, Geoffrey Leech, serta Dr. Muhammad Mukhtar Umar.

Jenis-Jenis Makna Kata menurut Abdul Chaer

Abdul Chaer menggolongkan makna kata menjadi 13 jenis, yang meliputi: makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa.

  1. Makna Leksikal

Makna Leksikal dapat juga disebut makna sebenarnya. Makna Leksikal merupakan makna yang sesuai dengan hasil observasi indra yang dimiliki manusia, sehingga makna yang tercipta merupakan makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus (makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasr atau makna konkret). Makna ini bersifat tetap dan pasti karena mengikuti kamus yang ada. Kamus yang menjadi acuan dalam bahasa Indonesia yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya leksem ‘kuda’ merupakan sejenis binatang berkaki empat yang digunakan sebagai alat transportasi atau ‘air’ bermakna sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Contoh lain makna leksikal:

  • Makan : (dalam KBBI) – memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya – memakai, memerlukan, atau menghabiskan (waktu, biaya, dan lain sebagainya).
  • Lari : (dalam KBBI) – melangkah dengan kecepatan tinggi; arti lainnya – hilang atau senyap; arti lainnya – pergi (keluar) tidak dengan cara baik (tidak sah), kabur.
  • Tidur : (dalam KBBI) – dalam keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata).
  • Meja : (dalam KBBI) – perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (bermacam – macam bentuk dan gunanya).
  • Anak : (dalam KBBI) – keturunn yang kedua; arti lainnya – manusia yang masih kecil; binatang yang masih kecil; arti lainnya – orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah dan sebagainya).
  • Ajar : (dalam KBBI) – petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
  • Buah : (dalam KBBI) – bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau pitik (biasanya berbiji).
  • Mandi : (dalam KBBI) – membersihkn tubuh dengan air dan sabun (dengan cara menyiramkan, merencamkan diri dalam air dan sebagainya).
  • Tenggelam : (dalam KBBI) – masuk terbenam ke dalam air; arti lainnya – karam (tentang perahu atau kapal).
  1. Makna Gramatikal

Sesuai namanya, makna gramatikal merupakan makna yang muncul akibat dari adanya proses gramatikal atau proses tata bahasa. Proses gramatikal antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses afiksasi, serta proses komposisi atau kalimatisasi. Misalnya, proses aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi ‘berbaju’, melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’. Lalu pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai kuda. Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’, menjadi kata ‘sate lontong,’ menimbulkan makna gramatikal ‘sate bercampur lontong’.

  1. Makna Kontekstual

Makna kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem yang muncul berdasarkan suatu konteks tertentu. Misalnya makna konteks kata ‘kepala’ akan berbeda antara frasa ‘kepala nenek’, dengan ‘kepala surat’, maupun ‘kepala sekolah’, atau ‘kepala jarum’, dan lain sebagainya. Contoh lainnya, Misal pada kalimat ‘tiga kali empat berapa?’, apabila ditanyakan pada murid sekolah dasar, maka kalimat tersebut memiliki makna menanyakan hasil perkalian matematik antara bilangan tiga dan empat. Sedangkan, apabila pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto, maka kalimat tersebut memiliki makna kontekstual menanyakan harga cetak foto ukuran tiga kali empat centimeter.

  1. Makna Referensial

Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata. Misalnya kata ‘saya’, pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Ani”, Kata Anwar pada Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada kalimat (“Saya ingin berjumpa dengan dia”, kata Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Budi.

  1. Makna Non-referensial

Makna non-referensial merupakan lawan dari makna referensial. Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak memiliki acuan di dunia nyata. Sebagai contoh kata ‘dan’, ‘atau’, ‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’. Kata kata tersebut tidak memiliki acuan yang jelas.

  1. Makna Denotatif

Makna denotatif seperti yang telah kita ketahui merupakan makna asli, makna asal, atau pun makna sebenarnya yang diimiliki sebuah kata dan tidak memiliki makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain. Contoh kata ‘bunga’ memiliki artian denotatif tanaman bunga yang tumbuh di taman.

Contoh lain makna denotatif:

(1) Sikat : (dalam KBBI) – pembersih yang dibuat dari bulu (ijuk, serabut, dan sebagainya) diberi berdasar dan berpegangan (bermacam – macam rupa).

  • Sikat gigi merek X diklaim oleh produsennya sebagai sikat gigi yang direkomendasikan oleh empat dari lima dokter gigi di dunia.
  • Noda rendang di bajuku sulit hilang meski telah aku rendam semalaman dan aku sikat berkali – kali.

(2) Sapu : (dalam KBBI) – alat rumah tangga dibuat dari ijuk (lidi, sabut, dan sebagainya) yang diikat menjadi berkas, diberi bertangkai pendek atau panjang untuk membersihkan debu, sampah dan sebagainya.

  • Setiap pagi dan sore hari, ia rutin menyapu halaman rumahnya.
  • Sapu yang dibeli Dita di pasar tadi ternyata kualitasnya jelek, buktinya baru dipakai beberapa jam ijuknya sudah lepas kemana – mana.
  • Sapu terbang hanya ada di dongeng – dongen sihir seperti Harry Potter karangan J.K. Rowling.
  1. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan kebalikan dari makna denotative. Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata ‘kurus’, ‘ramping’, dan ‘kerempeng’ merupakan kata-kata yang bersinonim. Kata ‘kurus’ mengacu pada keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran normal. Kata ‘ramping’ yang bersinonim dengan kata ‘kurus’ memiliki konotasi positif, yaitu nilai yang mengenakkan, atau dengan kata lain oerang akan senang apabila dikatakan ramping. Sedangkan kata ‘kerempeng’ merupakan sinonim kata ‘kurus’ yang memiliki makna konotatif negative, atau orang akan merasa tidak senang atau tidak nyama jika dikatakan kerempeng. Contoh lainnya kata ‘bunga’ yang berarti tanaman yang cantik akan memiliki makna yang sama dengan kata ‘bunga’ pada frasa ‘bunga desa’ yang memiliki arti gadis tercantik atau yang menjadi incaran pemuda di suatu desa.

Contoh lain makna konotatif:

  • Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa para bunga bangsa yang gugur di medan (Artinya: Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa para pahlawan yang gugur di medan perang.)
  • Dia merupakan tangan kanan pimpinan organisasi tersebut, sehingga kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. (Artinya: Dia merupakan orang kepercayaan pimpinan organisasi tersebut, sehingga kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.)
  • SMA 3 Jayakarsa menyapu bersih semua medali emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini (Artinya: SMA 3 Jayakarsa memenangkan semua medali emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini.)
  • Ari berkeringat dingin menunggu giliran wawancara kerjanya siang ini. (Artinya : Ari gugup menunggu giliran wawancara kerjanya siang ini.)
  • Rubah itu tertangkap tangan ketika akan memangsa telur – telur ayam milik warga. (Rubah itu tertangkap langsung saat kejadian ketika akan memangsa telur – telur ayam milik warga.)
  1. Makna Konseptual

Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri. Misal kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau tempat untuk bercocok tanam padi.

  1. Makna Asosiatif

Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul karena adanya hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa. Misal pada kata ‘hitam’ yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif. Begitu pula dengan kata ‘putih’ yang berasosiasi dengan hal hal yang suci, kebenaran, ataupun kebaikan.

  1. Makna Kata

Makna kata merupakan makna yang bersifat umum, gambaran kasar, dan tidak jelas. Makna ini menjelaskan beberapa kata sebagai kata yang bermakna lazim atau sama. Sebagai contoh pada kalimat ‘tangannya terkilir karena jatuh’ dan ‘lengannya terkilir karema jatuh’, pada kalimat kalimat tersebut kata ‘tumit’ dan ‘kaki’ memiliki makna yang serupa atau dalam istilah lain kata kata tersebut bersinonim.

  1. Makna Istilah

Makna istilah merupakan kebalikan dari makna kata. Makna istilah bersifat jelas, tidak meragukan, serta hanya digunakan pada suatu bidang keilmuan ataupun kegiatan tertentu saja. Misal kata ‘lengan’ dan ‘tangan’ pada ilmu kedokteran, keduanya merupakan bagian anatomi tubuh tang berbeda. Istilah ‘lengan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari bagian siku sampai ke pangkal bahu, sedangkan istilah ‘tangan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari jari jari tangan hingga ke siku.

  1. Makna Idiom

Makna idiom atau makna idiomatic merupakan makna kata yang terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna yang terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul kemunculan makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak diketahui. Pengertian makna idiom hampir mirip dengan makna konotasi. Sebagai contoh pada frasa ‘ringan tangan’ bukan berarti tangan tersebut harus memiliki bobot yang ringan, melainkan penggunaan frasa tersebut mengacu pada sifat ‘yang suka menolong’.

  1. Makna Peribahasa

Makna peribahasa memiliki pengertian yang mirip dengan makna idiom, yakni makna yang timbul karena pembentukan frasa atau kumpulan kata tertenu. Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa  memiliki asal usul yang masih dapat ditelusuri. Contoh makna peribahasa terdapat pada kalimat ‘dua orang tersebut bagai anjing dan kucing’, ‘frasa anjing dan kucing’ memiliki makna ‘tidak pernah akur’, makna ini masih berasosiasi bahwa hewan kucing dan anjing pada kenyataannya memang selalu berkelahi ketika bertemu. Contoh lain pada frasa ‘selebar daun kelor’, frasa tersebut bermakna sempit atau kecil, makna ini berasosiasi pada kenyataan jika daun kelor merupakan daun yang kecil.

Jenis-Jenis Makna Kata menurut Goeffrey Leech

Geoffrey Leech menggolongkan makna kata menjadi tujuh jenis, yang meliputi: makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna refleksi, makna kolokatif, makna konseptual, serta makna tematik.

  1. Makna Konotatif

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misal pada kata ‘wanita’ dan ‘perempuan’, di masyarakat pengguunaan kata ‘wanita’ memiliki konotasi positif, sedangkan kata ‘perempuan’ memiliki konotasi yang negatif.

  1. Makna Stilistik

Makna stilistika merupakan makna yang timbul karena gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Sebagai contoh penggunaan kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’, ‘gubuk’, ‘kediaman’, dan ‘resindensi’. Kata kata tersebut secara umum memiliki artian tempat tinggal manusia, akan tetapi kata ‘keraton’ penggunaannya ditujukan untuk tempat tinggal raja dan ratu, kata ‘vila’ digunakan untuk tempat tinggal selama liburan. ‘gubuk’ digunakan untuk ‘tempat tinggal sederhana’, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan kata kata tersebut menimbulkan makna yang berbeda.

  1. Makna Afektif

Makna afektif merupakan makna yang berhubungan dengan perasaan pembicara  terhadap lawan bicara atau objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih terlihat perbedaannya dengan makna lain bila digunakan secara lisan. Sebagai contoh kalimat ‘mohon tenang’ dan ‘tutup mulut kalian’ memiliki pesan yang sama, yakni meminta seseorang untuk diam. Namun, kalimat ‘mohon tenang’ memiliki makna yang terdengar halus, sedangkan kalimat ‘tutup mulut kalian’ memiliki makna dengan konteks yang lebih kasar.

  1. Makna Refleksi

Makna refleksi merupakan makna yang muncul pada saat penutur merespon apa yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif ketika digunakan secara lisan, contoh makna refleksi seperti: aduh, wah, oh, astaga, ah, yah.

  1. Makna Kolokatif

Makna kolokatif merupakan makna yang timbul pada kata kata bersinonim, namun penggunaan masing masing kata yang bersinonim tersebut memiliki ciri ciri tertentu. Misalnya kata ‘tampan’ dan ‘cantik’ memiliki makna yang sama, yakni memiliki rupa  yang indah atau dikagumi. Akan tetapi kata ‘tampan’ identik dengan pria, sedangkan kata ‘cantik’ identik dengan wanita.

  1. Makna Konseptual

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri. Misal kata ‘kuda’ memiliki makna hewan mamalia berkaki empat yang dimanfaatkan sebagai moda transportasi.

  1. Makna Tematik

Makna tematik merupakan makna yang disampaikan menurut cara penuturannya atau pun cara penataan pesannya, yang meliputi urutan, fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif tersebut dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Sebagai contoh pada kalimat ‘Mata kuliah apa yang diajarkan oleh Pak Anang?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada objek. Sedangkan pada kalimat ‘Siapakah yang mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada subjek.

Jenis Jenis Makna Kata menurut Dr. Muhammad Mukhtar Umar

Dr. Muhammad Mukhtar Umar mengggolongkan makna kata menjadi lima jenis, yang meliputi: makna dasar atau makna asasi, makna tambahan, makna gaya bahasa (style), makna nafsi atau makna objektif, serta makna ihaa’i.

  1. Makna Dasar atau Makna Asasi

Makna dasar atau makna asasi sering disebut pula sebagai makna awal atau makna utama. Makna dasar merupakan makna pokok dari suatu kata. Misal pada kata ‘wanita’ yang memiliki makna dasar ‘manusia, bukan laki-laki, dan dewasa’.

  1. Makna Tambahan

Makna tambahan merupakan makna yang timbul di luar makna dasarnya. Misal pada kata ‘wanita’ memilki makna tambahan ‘makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional’ atau dapat juga dimaknai sebagai ‘makhluk yang pintar memasak dan suka berdandan’

  1. Makna Gaya Bahasa (Style)

Makna gaya bahasa merupakan makna yang timbul karena menggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa meliputi penggunaan bahasa untuk sastra, penggunaan bahasa resmi, baha pergaulan dan lain sebagainya. Misal dalam bahasa Inggris, penggunaan kata ‘Dad’ digunakan untuk panggilan mesra dari seorang anak untuk ayahnya, sedangkan ‘father’ digunakan sebagai panggilan hormat dan sopan pada ayahnya, sehingga meskipun bersinonim kata ‘dad’ terkesan lebih intim dibandingkan kata ‘father’, jika dalam bahasa Indonesia penggunaan kata ‘dad’ dan ‘father’ memiliki konteks yang sama dengan penggunaan kata ‘ayah’ dan ‘ayahanda’.

  1. Makna Nafsi atau Makna Objektif

Makna nafsi atau makna objektif merupakan makna yang timbul karena perbedaan lafadz.Makna ini mengacu pada kata kata dalam bahasa yang membedakan pelafalan kata, seperti bahasa Arab dan bahasa Cina, di mana perbedaan pelafalan suatu kata mempengaruhi makna yang timbul.

  1. Makna Ihaa’i

Makna Ihaa’I merupakan makna yang berkaitan dengan sudut pandang penggunaannya. Secara ringkas, makna yang masuk dalam makna ihaa’I antara lain: makna kontekstual, makna kiasan atau makna peribahasa, dan lain sebagainya.

Sekian artikel yang mengulas tentang jenis jenis makna kata dan contohnya dalam bahasa Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat 🙂

Categories: makna kata
Ratna Sumarni S.Pd: