Frasa endosentris dan eksosentris merupakan dua diantara jenis frasa dalam bahasa Indonesia. Keduanya mempunyai sejumlah ciri dan definisi masing-masing sehingga keduanya bisa dibedakan satu sama lainnya. Pada artikel kali ini, kedua frasa tersebut akan dijelaskan perbedaannya. Adapun pembahasan tersebut adalah sebagai berikut!
A. Frasa Endosentris
Frasa endosentris merupakan gabungan dua jenis-jenis kata yang salah satunya berfungsi sebagai unsur menerangkan (M) dan yang lainnya berfugsi sebagai unsur diterangkan (D). Unsur D pada frasa ini merupakan unsur utama atau pusat frasa ini, sedangkan unsur M merupakan unsur pelengkap dari frasa ini. Menurut laman id.wikibooks.org, frasa ini terbagi atas tiga macam, yaitu:
- Frasa Endosentris Atributif: merupakan frasa yang pola DM atau MD. Misalnya: buku paket (D= buku, M= paket); sedang menggambar (M= sedang, D= menggambar).
- Frasa Endosentris Apositif: menurut artikel jenis-jenis frasa berdasarkan unsur pembentuknya, frasa ini merupakan frasa yang unsur D dan M nya bisa dipisah dengan penggunaan tanda koma (,). Misalnya: Bandung, kota kembang.
- Frasa Endosentris Koordinatif: merupakan frasa yang terdiri atas gabungan dua kata yang sama-sama berkedudukan sebagai D. Misalnya: Ayah Ibu; kakek nenek, dan sebagainya.
B. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris merupakan gabungan kata yang tidak mempunyai unsur D di dalamnya. Frasa ini biasanya terbentuk dari jenis-jenis kata benda yang digabung dengan konjungsi, jenis-jenis kata depan, atau beberapa kata tertentu. Frasa ini sendiri terbagi pula ke dalam 3 jenis, yaitu:
- Frasa Eksosentris Direktif: merupakan frasa eksosentris hasil gabungkan kata depan dan kata benda, di mana konjungsi berada di awal kata benda. Misalnya: ke Bandung.
- Frasa Eksosentris Non Direktif: merupakan frasa eksosentris yang terdiri atas kata benda yang digabung dengan kata-kata tertentu seperti si, sang, para, dan sejenisnya. Contoh: sang bangau.
- Frasa Eksosentris Konektif: merupakan frasa eksosentris hasil gabungan kata benda dengan kata lekas, segera, saat, akan, dll. Misalnya: lekas sembuh.
Dari pemaparan di atas, bisa kita letak perbedaan antara kedua jenis-jenis frasa tersebut, di mana letak perbedaan tersebut adalah:
- Unsur Pembentuknya
Unsur pembentuk pada frasa endosentris adalah dua jenis kata yang masing-masing mempunyai fungsi D dan fungsi M. Fungsi D pada frasa ini merupakan fungsi utama frasa ini, sedangkan M merupakan fungsi pelengkap yang bisa saja dihilangkan dari frasa ini. Meski begitu, terdapat satu jenis frasa endosentris yang justru terdiri atas dua unsur D, yaitu frasa endosentris koordinatif.
Di pihak lain, frasa eksosentris merupakan frasa yang tidak memiliki unsur D di dalamnya. Dengan demikian, frasa ini terbentuk dari gabungan dua kata yang sama-sama berfungsi sebagai unsur M.
- Kata-Kata yang Membentuknya
Frasa endosentris dapat dibentuk oleh jenis kata apa saja, entah itu gabungan kata benda, jenis-jenis kata kerja, ataupun jenis-jenis kata sifat. Sementara itu, frasa eksosentris hanya bisa terbentuk jika konjungsi/kata depan/kata-kata tertentu seperti si, sang, atau lekas digabung dengan kata benda atau nomina.
Secara garis besar, bisa kita simpulkan bahwa perbedaan atra frasa endosentris dan eksosentris terdiri atas dua hal, yaitu unsur-unsur serta kata-kata yang membentuk kedua frasa tersebut.
Demikianlah pembahasan mengenai perbedaan frasa endosentris dan eksosentris dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan mampu menambah wawasan para pembaca sekalian, baik itu mengenai frasa khususnya, maupun mengenai bahasa Indonesia pada umumnya.