Dalam Bahasa Indonesia, sering ditemukan kata yang memiliki makna berbeda jika konteks kalimatnya diubah. Perubahan makna ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu diantaranya proses gramatikal, perbedaan sosial budaya, proses penafsiran, proses asosiasi dan pertukaran tanggapan indera. Adanya faktor ini menyebabkan jenis jenis pergeseran makna yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya.
Sebelumnya juga telah dijelaskan tentang jenis jenis makna kata seperti makna struktural, contoh makna refleksi, contoh makna kolokatif, dan contoh makna stilistik. Kali ini akan dibahas tiga jenis pergeseran makna yaitu ameliorasi, peyorasi, sinestesia beserta contoh kalimatnya.
Contoh Kalimat Ameliorasi
Makna ameliorasi adalah jenis pergeseran makna yang membuat makna kata baru yang lebih sopan dibandingkan sebelumnya. Pergeseran makna ini juga disertai dengan perubahan bentuk katanya. Beberapa contoh kalimat ameliorasi antara lain:
1. “Buta” menjadi “Tunanetra”
Kata “buta” dalam KBBI diartikan sebagai ketidakmampuan panca indera mata untuk melihat. Kata ini dianggap kurang sopan bila diucapkan atau ditujukan kepada seseorang. Contoh dalam kalimat :
- Meskipun kini telah menjadi buta, Andi tetap bersikeras menyelesaikan pendidikannya di Universitas A.
Penggunaan kata “buta” terdengar sedikit lebih kasar atau kurang sopan. Namun, setelah mengalami ameliorasi, kata “buta” diubah menjadi “tunanetra”. Kata ini memberikan kesan lebih sopan dibandingkan dengan kata sebelumnya. Perubahan kalimat menggunakan ameliorasi menjadi:
- Meskipun kini telah menjadi tunanetra, Andi tetap bersikeras menyelesaikan pendidikannya di Universitas A.
2. “Bui” menjadi “Lembaga Pemasyarakatan”
Kata “bui” dalam KBBI diartikan sebagai penjara. Kata ini memiliki kesan negatif jika diucapkan. Setelah mengalami ameliorasi, kata “bui” diubah menjadi “lembaga pemasyarakatan”. Kata ini memiliki kesan yang lebih halus, yaitu tempat pembinaan bagi para tahanan. Jika diterapkan dalam kalimat, contohnya sebagai berikut :
- Setelah keluar dari bui, emosinya tidak lagi meledak-ledak seperti dulu.
- Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, emosinya tidak lagi meledak-ledak seperti dulu.
3. “Gelandangan” menjadi “Tunawisma”
Kata “gelandangan” biasa ditujukan bagi seseorang yang memiliki masalah kesejahteraan sosial khususnya dalam hal memiliki tempat tinggal. Setelah mengalami ameliorasi, kata “gelandangan” diubah menjadi “tunawisma”. Kata ini memiliki kesan yang lebih halus dibandingkan dengan gelandangan. Contohnya dalam kalimat:
- Sejak penggusuran itu, banyak gelandangan yang tidur di trotoar jalan dan bantaran sungai.
- Sejak penggusuran itu, banyak tunawisma yang tidur di trotoar jalan dan bantaran sungai.
4. “Bini” menjadi “Isteri”
Kata “bini” diartikan sebagai perempuan yang dinikahi. Setelah mengalami ameliorasi, kata “bini” diubah menjadi “isteri” yang memiliki makna yang sama namun terkesan lebih sopan. Contohnya dalam kalimat:
- Bini si Kardun ingin mengikuti pelatihan di Kota Jakarta.
- Isteri si Kardun ingin mengikuti pelatihan di Kota Jakarta.
5. “Beranak” menjadi “Melahirkan”
Kata “beranak” memiliki kesan yang kurang sopan jika ditujukan bagi wanita. Setelah mengalami ameliorasi, kata “beranak” diubah menjadi “melahirkan”. Contoh dalam kalimat:
- Astri baru saja beranak seorang putri yang cantik dan sehat.
- Astri baru saja melahirkan seorang putri yang cantik dan sehat.
Contoh Kalimat Peyorasi
Berbeda dari ameliorasi, makna peyorasi justru membuat suatu kata berubah menjadi lebih buruk atau memiliki kedudukan arti yang lebih rendah dibanding kata sebelumnya. Sama halnya dengan ameliorasi, perubahan makna dalam peyorasi juga ikut mengubah bentuk katanya. Beberapa contoh kalimat peyorasi antara lain:
1. “Kawanan” menjadi “Gerombolan”
Kata “gerombolan” merupakan bentuk perubahan makna peyorasi dari kata “kawanan”. Kata ini memiliki kesan lebih negatif dibandingkan kata asalnya. Biasanya kata ini juga ditujukan pada orang atau sekelompok orang yang melakukan tindakan negatif pula. Contoh dalam kalimat:
- Polisi berhasil menangkap kawanan pencuri yang biasa beraksi di kawasan perumahan elit itu.
- Polisi berhasil menangkap gerombolan pencuri yang biasa beraksi di kawasan perumahan elit itu.
2. “Pramuniaga” menjadi “pelayan toko”
Kata “pramuniaga” memiliki makna karyawan dalam bidang industri dagang yang bertugas melayani pembeli/konsumen. Setelah mengalami peyorasi, kata ini diubah menjadi “pelayan toko”. Contohnya dalam kalimat:
- Swalayan ini sekarang telah memiliki lebih dari 50 orang pramuniaga.
- Swalayan ini sekarang telah memiliki lebih dari 50 orang pelayan toko.
3. “Menikah” menjadi “Kawin”
Kata “menikah” memiliki makna melakukan ikatan yang sesuai ajaran agama dan hukum. Setelah mengalami peyorasi, kata ini diubah menjadi “kawin”, yang memiliki arti hubungan persetubuhan antara lawan jenis. Kata ini memiliki makna yang lebih rendah dibandingkan dengan “menikah”. Contoh dalam kalimat:
- Asih dan Andi berencana menikah tahun depan.
- Asih dan Andi berencana kawin tahun depan.
4. “Talak” menjadi “cerai”
Kata “talak” memiliki arti lepasnya ikatan pernikahan antara suami dan isteri. Setelah mengalami peyorasi, kata ini diubah menjadi “cerai”, yang memiliki kesan lebih buruk. Contoh dalam kalimat:
- Baru sebulan berumah tangga, Kadir sudah menalak isterinya.
- Baru sebulan berumah tangga, Kadir sudah menceraikan isterinya.
5. “Meninggal” menjadi “Mati”
Kata “meninggal” memiliki makna yang sama dengan makna peyorasinya, “mati”. Namun kata “mati” lebih terkesan tidak sopan dibandingkan kata “meninggal” jika dipakai untuk manusia. Contoh dalam kalimat:
- Dia baru ditemukan meninggal setelah tetangganya mencurigai bau busuk yang berasal dari kamarnya.
- Dia baru ditemukan mati setelah tetangganya mencurigai bau busuk yang berasal dari kamarnya.
Contoh Kalimat Sinestesia
Makna sinestesia berbeda dengan ameliorasi dan peyorasi yang mengalami perubahan bentuk kata dan tingkatan makna lebih baik atau buruk. Sinestesia adalah bentuk perubahan makna pada suatu kata karena tanggapan dua hal yang berhubungan dengan panca indera. Untuk lebih memahami definisi ini, perhatikan beberapa contoh kalimat sinestesia berikut.
1. Tajam
Contoh kalimat:
- Hati-hati pisau itu sangat tajam!
- Tentu saja aku tahu dia marah. Apa kau tidak lihat pandangannya begitu tajam saat menatapku.
Dua kalimat diatas memiliki makna yang berbeda karena dirasakan oleh indera yang berbeda pula. Kalimat pertama menunjukkan makna “mudah melukai atau dapat memotong”. Ini bisa dirasakan oleh indera peraba. Sedangkan kalimat kedua menunjukkan makna “kelihatan galak, atau marah”. Ini bisa dilihat oleh indera penglihatan.
2. Manis
Contoh kalimat:
- Tidak disangka, buah ini rasanya sungguh manis.
- Alina terlihat manis memakai gaun yang dibelikan ayahnya.
Dua kalimat diatas memiliki makna yang berbeda. Pada contoh kalimat pertama manis diartikan sebagai rasa manis oleh indera pengecap. Sedangkan kalimat kedua menunjukkan makna “indah, elok, cantik” oleh indera penglihatan.
3. Pedas
Contoh kalimat:
- Ali tidak suka makanan pedas sama sekali.
- Tidak jarang kata-kata yang dilontarkannya terdengar sangat pedas ditelinga.
Kata pedas berhubungan dengan indera pengecap, namun pada kalimat kedua digunakan oleh indera pendengar. Makna dalam contoh kalimat kedua adalah “menyakitkan hati”.
4. Licin
Contoh kalimat:
- Akibat hujan deras, banyak mobil yang tergelincir akibat jalanan yang licin.
- Buronan itu sangat licin, sudah dua kali dia lolos dari penyergapan.
Kata licin pada contoh kalimat kedua menunjukkan makna “sulit ditangkap”.
5. Dingin
Contoh kalimat:
- Menghirup udara dingin pegunungan memang sangat bagus untuk melepas stres.
- Aku tidak mengerti kenapa sikapnya tiba tiba menjadi dingin padaku.
kata dingin biasanya dihubungkan dengan indera peraba. Namun kata dingin dalam contoh kalimat kedua menunjukkan makna “acuh, tidak ramah”.
Demikian artikel tentang contoh kalimat ameliorasi, peyorasi dan sinestesia. Semoga bermanfaat.