4 Contoh Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik dalam Bahasa Indonesia
Menurut David Daiches yang dikutip dari laman anneahira.com, jenis-jenis puisi terbagi atas puisi fisikal, platonik, dan metafisik. Puisi fisikal adalah puisi yang berisi penggambaran sebuah objek yang dapat dilihat, didengar, maupun dirasakan. Puisi jenis ini bisa ditemukan pada beberapa contoh puisi deskriptif pendek, contoh puisi balada, dan contoh puisi naratif.
Sementara itu, puisi platonik adalah puisi yang bersifat spiritual atau biasanya berisi ungkapan rasa cinta kepada Tuhan , sahabat, keluarga, dan juga kekasih. Jenis puisi ini sendiri dapat kita temukan di dalam contoh puisi lirik ataupun contoh puisi romance. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat kontemplatif atau puisi yang mengajak pembacanya merenungkan diri, kehidupan, dan keagungan Sang Pencipta.
Agar pembaca lebih memahami ketiga jenis puisi versi David Daiches tersebut, berikut ditampilkan beberapa contoh dari puisi fisikal, platonik, dan metafisik.
1. Contoh Puisi Fisikal
Ibu di Atas Debu*
Karya: WS Rendra
Perempuan tua yang termangu
teronggok di tanah berdebu.
Wajahnya bagai sepadu serdadu.
Ibu! Ibu!
Kenapa kamu duduk di sini?
Kenapa kamu termangu?
Apakah yang kamu tunggu?
Jakartab menjadi lautan api.
Mayat menjadi arang.
Mayat hanyut di kali.
Apakah kamu tak tahu
di mana kini putramu?
Perempuan tua yang termangu
sendiri sepi mengarungi waktu
kenapa kamu duduk di situ?
Ibu! Ibu!
Di mana rumahmu?
Di mana rumahmu?
…………………………………………..
5 Juni 1998
Pesawat Mandala
Jakarta-Ujung Pandang
*Sumber: WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu, (Yogyakarta, Bentang:2016), hlm 22.
2. Contoh Puisi Platonik
Aku Ingin*
Karya: Sapardi Djoko Damono
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
1989
*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, Jakarta, Gramedia:2015), hlm 105.
Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta*
Karya: Sapardi Djoko Damono
/1/
mencintai angin
harus menjadi siut
mencontai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
/2/
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
/3/
mencintai-Mu
harus menjelma aku
*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, (Jakarta, Gramedia:2015), hlm 32.
3. Contoh Puisi Metafisik
Asal Muasal Pelukan*
Karya: Candra Malik
Tuhan menciptakan manusia
dari tempat persembunyian-Nya
di mana tidak ada siapa pun
melihat-Nya meramu lamun.
Dari segenggam sunyi,
dijadikan-Nya segumpal hati.
Dari ramai cuma sekepal,
dicipta-Nya sebongkah akal.
tetapi Tuhan seperti sengaja
membuat hati tidak sempurna.
Dari dada yang menyimpan kalbu.
direnggut-Nya tulang rusuk satu.
Tuhan menyebut manusia
yang terluka itu sebagai laki-laki.
Lalu dari luka itulah wanita
dicipta bagai permata sanubari.
Digegar oleh detak jantung
laki-laki tak kuat menanggun.
Dari sinilah awal mula doa:
“Tuhan, kami ingin bahagia.”
………………………………………
*Sumber: Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang:2016), hlm 8.
Demikianlah beberapa contoh puisi fisikal, platonik, dan metafisik dalam bahasa Indonesia yang diambil dari berbagai sumber. Jika pembaca ingin melihat beberapa contoh puisi lainnya, pembaca bisa melihat artikel contoh puisi singkat, contoh puisi 3 bait tentang Ibu, contoh puisi 3 bait tentang sahabat, contoh puisi 3 bait tentang alam, contoh puisi dramatik, dan contoh puisi epik. Adapun pembahasan kali ini dicukupkan saja sampai di sini. Semoga bermanfaat dan mampu menambah wawasan pembaca sekalian, baik itu di dalam ranah puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.